Rabu, 08 Desember 2010

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam era globalisasi yang kompetitif ini, terutama dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan manusia yang kreatif, inovatif, produktif dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Setiap Pengelola Sekolah pasti mempunyai mimpi, bahwa suatu saat sekolah yang dikelolanya akan menjadi sekolah yang unggul dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkwalitas tinggi..
Pengelolaan lembaga pendidikan tidak bisa dikelola dengan waktu sisa, manajemen tukang cukur, dan kemampuan minim, meminjam falsafah Jawa “Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak Nyawane”, artinya kita dalam berjuang perlu pengorbanan bukan hanya angan-angan tanpa mau memikirkan keuatan materi untuk berjuang.
Pengelolaan pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia dengan peradaban dimasa mendatang. Suatu bencana besar ketika manusia mengelola pendidikan hanya dilihat dari kacamata pribadi, orang yang demikain ini termasuk melemahkan generasi mendatang .
Ahmad Tafsir (1994: 116) menyebutkan, bahwa untuk menerapkan profesionalitas dalam pengelolaan pendidikan harus diupayakan secara maksimal dan serempak pada semua unsur yang meliputi; profesionalitas pada tingkat yayasan, profesionalitas pada tingkat kepala sekolah, profesionalitas pada tingkat tenaga pengajar atau guru, dan profesionalitas pada tenaga ketatausahaan (administrasi)
Tapi umumnya, beberapa waktu kemudian beberapa pengelola tersebut menjadi kecewa karena ternyata apa yang di inginkannya tidak menjadi kenyataan.Visi dan misi sekolah baru sebatas hiasan dinding. Indikator keberhasilan sekolah hanya sekedar pajangan Sasaran dan kebijakan sekolah cuma slogan semata. Ini membuktikan bahwa pengelola sekolah tidak mampu melakukan perubahan.



B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah nilai evaluasi terhadap lembaga pendidikan perspektif Al-Qur’an dan hadits?
2. Bagaimanakah model-model evaluasi nilai edukiasi dlm
3. Apakah subyek dan obyek evaluasi?


C.Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui:
1. Apakah pengertian evaluasi?
2. Bagaimanakah nilai evaluasi terhadap lembaga pendidikan perpektif Al-Qur’an dan hadits?
3. Bagaimanakah model-model evaluasi?


















BAB II
PEMBAHASAN

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS


A.Pengertian
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan(decisionalternatives).
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang diatas,kita dapat menarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuahprogram.
Nilai edukasi evaluasi pendidikan adalah nilai-nilai pada evaluasi pendidikan yang menyangkut proses pembelajaran (takdib,taklim,tarbiyah) dalam kerangka pengelolaan lembaga pendidikan menurut Al-qur’an dan Hadits.
B.Evaluasi dalam pengelolaan lembaga pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadits.
Sebenarnya evaluasi pendidikan bukan sekedar suatu aktifitas untuk mengakhiri proses pendidikan dan pengajaran. Evaluasi ini juga dapat dilakukan sebagai kontrol dan feed back setiap langkah dari management pendidikan. Pasal 57 ayat (2) uu no 2003 menyebutkan ”evaluasi dilakukan untuk peserta didik, lembaga dan program pendidkan dalam jalur formal dan non formal untuk semua jenjang , satuan dan jenis pendidikan.”
Ayat tersebut mencampur adukkan ”evaluasi terhadap peserta didik” yang lebih bermakna examination dengan ”evaluasi terhadap lembaga dan program pendidikan”yang lebih bermakna assesment. Evaluasi bermakna examinition mengarah pada mengukur pemahaman dan prestasi peserta didik, sedang evaluasi dalam pengertian assesment maksudnya untuk mengukur kinerja sistem atau bagian dari sistem pendidikan yang berimplikasi pada perbaikan penyelenggaraan dan sistem atau komponennya.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ (243) وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (244) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (245)
وَإذا جوزِيت قَرضاً فاجزْه ... وقال الزجاج : القرض في اللغة : البلاء الحسن ، والبلاء السيء .
قال أمية :
كلُّ امرىء سَوفَ يُجْزَي قْرضَه حَسَناً ... أو سَيِئاً وَمديناً مِثْل مَا دَانَا
وقال آخر :
فجازَى القُرُوض بِأمثَالها ... فبالخْيَر خَيْراً وبِالشر شرّاً
وقال الكسائي : القرض : ما أسلفت من عمل صالح ، أو سيء ، وأصل الكلمة القطع ، ومنه المقراض ، واستدعاء القرض في الآية إنما هو : تأنيس ، وتقريب للناس بما يفهمونه . والله هو الغني الحميد . شبه عطاء المؤمن ما يرجو ثوابه في الآخرة بالقرض ، كما شبه إعطاء النفوس ، والأموال في أخذ الجنة بالبيع ، والشراء



C. Model-model evaluasi
Menurut Stephen Isaac dan Willian B. Michael ( 1984 : 7) model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi enam yaitu :

1. Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7)
{ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ } زنة نملة صغيرة { خَيْراً يَرَهُ } يرى ثوابه
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
{ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ } يرى جزاء

2. Decision Oriented Evaluation
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi yaitu : Context, Input, Process dan Product.
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (45)
قال أبو جعفر: وأولى هذه الأقوال عندي بالصواب، قولُ من قال: نزلت هذه الآيات في كفّار أهل الكتاب، لأن ما قبلها وما بعدها من الآيات ففيهم نزلت، وهم المعنيُّون بها. وهذه الآيات سياقُ الخبر عنهم، فكونُها خبرًا عنهم أولى.
* *
فإن قال قائل: فإن الله تعالى ذكره قد عمَّ بالخبر بذلك عن جميع منْ لم يحكم بما أنزل الله، فكيف جعلته خاصًّا؟
قيل: إن الله تعالى عَمَّ بالخبر بذلك عن قومٍ كانوا بحكم الله الذي حكم به في كتابه جاحدين، فأخبر عنهم أنهم بتركهم الحكمَ، على سبيل ما تركوه، كافرون. وكذلك القولُ في كل من لم يحكم بما أنزل الله جاحدًا به، هو بالله كافر، كما قال ابن عباس، لأنه بجحوده حكم الله بعدَ علمه أنه أنزله في كتابه، نظير جحوده نبوّة نبيّه بعد علمه أنه نبيٌّ.
* * *
القول في تأويل قوله عز ذكره : { وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالأنْفَ بِالأنْفِ وَالأذُنَ بِالأذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ }
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره: وكتبنا على هؤلاء اليهود الذين يحكمونك، يا محمد، وعندهم التوراة فيها حكم الله.
ويعني بقوله:"وكتبنا"، وفرضنا عليهم فيها أن يحكموا في النَّفس إذا قتلت نفسًا بغير حق (1) ="بالنفس"، يعني: أن تقتل النفس القاتلة بالنفس المقتولة،

3. Transactional Evaluation.
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
وَإِنْ مَا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
{ وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ } « ما » زائدة وأصله : وإن نرك { بَعْضَ الذى نَعِدُهُمْ } من العذاب كما وعدناهم بذلك بقولنا : { لَّهُمْ عَذَابٌ فِى الحياة الدنيا } وبقولنا : { وَلاَ يَزَالُ الذين كَفَرُواْ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ } والمراد أريناك بعض ما نعدهم قبل موتك ، أو توفيناك قبل إراءتك لذلك { فَإِنَّمَا عَلَيْكَ البلاغ } أي : فليس عليك إلاّ تبليغ أحكام الرسالة ، ولا يلزمك حصول الإجابة منهم لما بلغته إليهم { وَعَلَيْنَا الحساب } أي : محاسبتهم بأعمالهم ومجازاتهم عليها ، وليس ذلك عليك . وهذا تسلية من الله سبحانه لرسوله صلى الله عليه وسلم وإخبار له أنه قد فعل ما أمره الله به ، وليس عليه غيره ، وأن من لم يجب دعوته ، ويصدّق نبوّته فالله سبحانه محاسبه على ما اجترم واجترأ عليه من ذلك
4. Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.
5. Goal Free Evaluation
Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
عن عبدالله بن مسعودرضي الله عنه عن النبي ص م قال انصدق يهدي الي البر وان البر يهدي الي الجنة وان الرجل ليصدق حتي يكتب عندالله صد يقا وان الكدب يهدي الي الفجور وان الفجور يهدي الي النار وان الرجل ليكدب حتي يكتب عندالله كدا با
6. Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hokum.Dalam prakteknya,model adversary terdiri empat tahapan yaitu:
a. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
b. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
c. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d. .Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.

D.Subyek dan Obyek Evaluasi

Subjek dan objek evaluasi bisa dianalogikan bagai pemanah dan busurnya. Bila salah satunya tidak ada, maka proses evaluasi sulit untuk berlangsung..
 Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan evaluasi. Jadi siapapun itu, baik guru ataupun bukan, tetapi dia melakukan evaluasi, maka dia bisa dikatakan sebagai subjek evaluasi.
 Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut
a. Input, evaluasi pada tataran ini biasanya dilakukan pada saat siswa ingin memasuki sebuah lembaga pendidikan. Tujuannya adalah agar lembaga terkait mendapat gambaran secara utuh tentang calon siswanya, contoh : evaluasi melalui tes kemampuan, kepribadian, sikap, dan intelegens.
b. transformasi/proses, mesin yang bertugas mengubah bahan mentah (raw input) menjadi bahan jadi. Yang menjadi objek penilaian dalam unsur transformasi adalah kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi, guru, dan personal lainnya.
c. output, dalam tahap ini evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan atau pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut dengan tes pencapaian atau achievement test.
d. Outcomes, untuk menilai sejauh mana lulusan/kualitas lulusan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan institusi/lembaga. Selain itu, evaluasi outcomes dilancarkan untuk melihat bagaimana lulusan dapat diserap oleh lapangan pekerjaan.



ANALISIS
Mulyani AN menyebut bahwa pendidikan di Indonesia secara kuantitatif dapat dikatakan telah mengalami kemajuan. Indikatornya dapat dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67.24%. Hal ini sebagai akibat dari program pemerataan pendididikan, terutama melalui Inpres SD yang dibangun pada masa Orde Baru. Sedangkan keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun karakteristik bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi yang unggul. Banyaknya lulusan pendidikan formal, baik pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi, terlihat belum mampu mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah masih sukar bekerja di sektor formal karena belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana, yang dapat berperan secara aktif di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan profesionalisasi yang melekat pada lembaga pendidikan tampaknya hanya simbol belaka, lulusannya tidak profesional.








Albaqoroh

243. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
[154]. Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di sini dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya dengan mati semangat.
244. Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar