Minggu, 12 Desember 2010

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN PEMIKIRAN AL-KINDI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Filsafat pebdidikan islam sebagaimana filsafat pada umumnya menerappkan metode kefilsaftan yang lazim berlaku. Artinya masing-masing yang membedakan berbagai cabang atau jenis filsafat. Demikian pula hubungan antar filsafat pendidikan dengan filsafat pendidikan islam . Jenis pertama menempatkan segala ang ada sebagai ojek material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah persoalan serba yang ada, yang secara global dapat dibagi menjadi tiga persoalan pokok a. hakekat Tuhan, b. hakekat alam, c. hakekat manusia. Sedangkan objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan cecra radikal (sedalam-dalmnya, sampai keakar-akarnya) tentang material filsafat yang ada.
Dari gmabaran tersebut menunjukkan pentingnya mengenai apa aksud dengan pendidikan Isam. Secara khusus filsafat pendidikan islam adala suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakeat pendidikan islam. Pengetahuan demikian diharapkan merupakan pengetahuan yang bersifat universal dalam arti janguan waktu dan wilayah keberlakuannya lama dan luas.
Di samping itu jawaban mengenai rumusan hakekat pendidikan islam haruslah bersifat edukatif dalam arti harus dapat dibedakan dengan rumusan mengensi pendidikan yang lain. Dengan demikian rumusan jawaban atas pertanyaan filsafat menggenai pendidikan islam harus dapat dibedakan dengan rumusan mengenai pendidikan pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Seputar Flilsafat Islam
Dari hasil bacaan dari buku tersebut pemakalah berkesimpulan bahwah inti falsafah adalah mencintai kebijaksanaan. Sedangkan orang yang mencintai kebijaksanaan di sebut sebagai seorang filosuf atau failasuf. Seorang failusuf biasanya mempunyai cara pandang yang menyeluruh universal dan mendalam, oleh sebab itu ia selalu memperhitungkan segala pandangan yang mungkin, dan ia tidak akan puas dengan satu segi pengalaman manusia. Dan segi lain dia memiliki keistimewaan pandangan yang luas yang memungkinkan ia melihat benda-benda dalam bidang yang luas dan memperhitungkan tujuannya yang sebenarnya dan melewati batas-batas yang sempit.

B. Kandungan Filsafat Pendidikan Islam
Secara umum cakupan tentang filsafah pendidkan islam menyangkut masalah hal-hal sebagai berikut :
1. Filsafah pendidikan islam mengamdung perubahan dalam bentuk proses pendidikan islam menjadi lebih baik.
2. Mengandung tujuan untuk berusah menyelaraskan antra pendidikan dan kebudayan masyarakat.
3. Tidak keluar dari makna yang terkandung dari dua prinsip diatas.
C. Sumber-sumber Filsafat Islam
Sumber-sumber filsafat islam lebih banyak diambil dari Negara-negara Arab dan Negara islam lain, sekalipun sedikit masih tetap mengambil pemikiran dalam menghadapi persoalan dari segi pandangan Barat. Tampak kurang sekali menyebut tentang karya-karya ulama-ulama di negeri kita kalau belum mengutib tokoh dari Barat. Kalau menghadapi persoalan tabiat manusia misalnya mereka selalu menyebutkan pendapat Plato, Aristoteles, Thomas dan lain sebagainya.

D. Syarat-syarat Filsafat Pendidikan Islam
Secara garis besar syarat-syarat filsafat pendidikan islam menyangkat masalah :
1. Prinsip, kepercayaan dan kandungannya, sesuai dengan ruh atau spiritual Islam.
2. Falasafah pendidkan Islam itu berkaitan dengan realitas masyarakat dan keudayaan serta sistem sosial, ekonomi dan politiknya.
3. Bersifat terbuka
4. Dalam pembinaanny berdasarkan hasil dan pengalaman yang lama.
5. Bersifat universal
6. Menyangkut segala disiplin ilmu pengetahuan.
7. Tidak bertentangan dengan prinsip dan kepercayaan.

E. Kontribusi Filosuf Muslaim dalam Pendidikan
Dari sekian banyak filosuf muslim yang handal adalah filosuf Al-Kindi yang mempunyai nama lengkap Abu Ya’kub ibnu Iishak al-Kindi). ia dilahirkan pada tahun 803 M. di Kufah, sebuah kota bagian selatan wilayah Arab. Bapaknya adalah seorang Gubernur. Dan tantu keadaan yang demikian tentu saja ia mendapatkan pendidikan yang sangat layak di Bashrah dan Bagdad.
Sebagai cendikian yang sangat cerdas ia mengikuti pepatah arab yang masih berlakku di Amirika, yaitu berkeliling dunia dan mengembara serta melakukan observasi. Hal yang perlu dicacat sebagai tokoh tersebut adalah pernyataan-pernyataanya yang bisa memberi penyegaran dalam dunia pendidikan. Dia mengatakan Jika manusia berlatih menuju pengetahuan yang benar ia akan mencapai keabadian. Dari situ jelas bahawa sumbangsih dari Al-Kindi adalah dalam hal pemikiran masalah-masalah yang bersifat universal termasuk masalah pendidikan.

BAB III
PEMBAHASAN RANGKUMAN

A. Pengertian Filsafat
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. Dalam masalah filsafat hal yang perlu diingat 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya. Pengertian Filsafat secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.

B. Pengertian Pendidikan
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Jalaludin, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Jalaludin menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Menurut Ahmad Tafsir tugas pendidkan, termasuk pendidikan di Sekolah, yang palng utama, ialah menanamkan nilai-nilia.
Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Kitab Al-Qur’an ini idak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertkwa ” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)” Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini.
Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya.
Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia : 1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. 2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya 4) Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Menurut Abdul Aziz pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.

D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Menurut Ahmad Tafsir dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin sebagimana di kutip Zuahiri mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.

F. Analisis
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran untuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam. Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut bisa diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Seorang filusuf biasanya mempunyai cara pandang yang menyeluruh universal dan mendalam, oleh
2. Kandungan Filsafat Pendidikan Islam yaitu :
a. Filsafah pendidikan islam mengamdung perubahan dalam bentuk proses pendidikan islam menjadi lebih baik.
b. Mengandung tujuan untuk berusah menyelaraskan antra pendidikan dan kebudayan masyarakat.
c. Tidak keluar dari makna yang terkandung dari dua prinsip diatas.
3. Sumber-Sumber Filsafat Islam.Sumber-sumber filsafat islam lebih banyak diambil dari negara-negara Arab dan Negara islam lain, dan juga dari tokoh-tokoh barat.
4. Syarat-syarat filsafat pendidikan islam yaitu :
a. Memuat Prinsip, kepercayaan dann kandungannya, sesuai dengan ruh atau spiritual Islam.
b. Falasafah pendidkan islam itu berkaitan dengan realitas masyarakat dan keudayaan serta sistem social, ekonomi dan politiknya.
c. Bersifat terbuka
d. Dalam pembinaanny berdasarkan hasil dan pengalaman yang lama.
e. Bersifat universal
f. Menyangkut segala disiplin ilmu pengetahuan.
g. Tidak bertentangan dengan prinsip dan kepercayaan.
5. Kontribusi Filosuf Muslaim Al-Kindi adalah dalam hal pemikiran masalah-masalah yang bersifat universal termasuk masalah pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
Ahad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, Bandung Remaja Rosdakarya, 1994
_________., Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, PT Rosdakarya, 2006,
Abd Aziz, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan membangun Pendidikan Islam, Surabaya, elKAF, 2006
Departeman Agama, Al-Qur’an dan Terjemahan
Jalaludin dan Usaman Said. Filsafat Pendidika Islam dan Perkembnagan Pemikirannnnya, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, Cet I, 1994
Muhammad ibn Muhammad Al-ghazali, Ihya’ Ulumddin, Darulfkr, Surabaya,tt
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.

PEMBELAJARAN AKHLAQ

B A B I
A. PENDAHULUAN

Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami perubahan. Dalam merespon fenomena itu manusia berpacu mengembangkan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang tinggi , diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis dan mampu bersaing.
Sebagimana diamanatkan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional ( UUSPN ) kita bahwa sebagian tujuan pendidikan Nasional kita adalah out put dari hasil pembelajaran yang berakhlaq terpuji yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap negara kesatuan Republik Indonesia.
Oleh karena itu, peranan dan efektifitas pendidikan agama utamanya di Madrasah adalah merupakn landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat, mutlak harus ditingkatkan. Karena asumsinya adalah jika Pendidikan Agama ( yang meliputi Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam ) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan Aqidah Akhlaq pada lembaga Madrasah sebagai bagian integral dari Pendidikan Agama, ( memang bukan satu-satunya factor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik ). Tetapi secara substansial, mata pelajaran Aqidah Akhlaq memiliki kontribusi dalam memotivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan ( tauhid ) dan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari )
Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan Agama telah banyak dilakukan, dari berbagai pelatihan- pelatihan, worh shop yang dilaksanakan oleh lembaga sekolah, KKG, MGMP, Depag Kabupaten, balai diklat tehnis keagaman bahkan oleh Kanwil Depag, adalah wujud upaya efektifitas dan efisiensi pembelajaran Pendidikan Agama disamping tidak sebagai upaya meningkatkan kinerja, etos kerja dan profesionalitas tenaga pendidikan.
Tampaknya bagian yang dapat dianggap paling mendasar dalam meningkatkan kemampuan guru agama adalah kemampuan guru dalam mengajarkan agama kepada peserta didiknya. Bermula dari sinilah dikembangkan upaya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang bermuara pada optimalisasi pencapaian tujuan pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan UUSPN.


Sedangkan arah Pendidikan Aqidah Akhlaq yang telah dibakukan adalah peneguhan aqidah dan peningkatan toleransi serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalm rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa .
Untuk memaksimalkan upaya pencapaian Kompetensi yang diharapkan dari Pendidikan Aqidah Akhlaq, diperlukan berbagai pola pembelajaran, pendekatan, Strategi, teknik pengajaran, dan metode pembelajaran.




B A B II

PEMBAHASAN

METODOLOGI PEMBELAJARAN AKHLAQ

A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAQ
Secara etimologi, Metode Pembelajaran Akhlaq dapat diartikan sebagai berikut :
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sebuah maksud / tujuan. Konteksnya adalah sangat erat hubungannya dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional yang yang diamantkan pada Undang - undang Sisdiknas.
Pembelajaran , adalah sebuah kaja jadian dari kata dasar ajar ( awalan Ber – ajar ) menjadi kata belaja,r yang kemudian mendapat awaln pe dan akhiran an ( menjadi pembelajaran ) yang mengandung arti proses. Kata Pembelajaran berarti proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup untuk belajar . Dan sudah barang tentu dalam hal ini konteksnya ( pesertanya ) adalah manusia.
Akhlaq, berasal dari bahasa arab, Kholaqo - Yakhluqu – Kholqon - Kholqotan. Dari Kholaqo terbentuklah kata Khooliqun ( Pencipta ) dan kata Makhluuqun ( yang diciptakan ). Akhlaq adalah merupakan suatu bentuk jamak dari kata al khuluqu yang berada antara kata Kholiqun dan Makhluqun Dengan demikian akhlaq mempunyai dua dimensi hubungan, yaitu hubungan vertikal kepada tuhan ( kholiq ) dan hubungan horisontal kepada sesama ciptaan tuhan ( makhluq ).

Walhasil, Akhlaq adalah sikap dan tingkah laku jiwa yang mantap dan mapan yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa pertimbangan apapun, melainkan timbul dengan sendirinya , tanpa dibuat-buat, pura-pura, basa-basi dan memang apa adanya ( natural ).

Al Ghozali mendefinisikan Akhlaq sebagai berikut




( Akhlaq adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan )
Aqidah dan Akhlaq adalah satu kesatuan yang tak dapt dipisahkan, dan saliang ada keterkaitan antara Aqidah dan Akhlaq. Aqidah adalah merupakn dasar munculnya akhlaq ( akhlaq al karimah dan akhlaq madzmumah ) Karena Akhlaq adalah merupakan cerminan keadaan batin yang mempunyai hubungan dengan tuhan ( Hablum Minalloh ) yang konsisten dan istiqomah dengan nilai-nilai keimanan. Kertika nilai – nilai keimanan seseorang mencapai kesempurnaan, maka akan mencul pula akhlaq yang sempurna yang tercermin dari cahaya keimanan seseorang yang merupahan cahaya uluhiyyah. Akan tetapi sebaliknya jika nilai-nilai keimanan seseorang berada pada level yang paling bawah, maka dengan sendirinya yang muncul adalah nilai akhlaq yang tidak terpuji ( akhlaqul madzmumah ) yang kurang diwarnai oleh cahaya uluhiyyah.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa, yang dimaksud Metode Pembelajaran Akhlaq adalah serangkaian cara yang terencana untuk mencapai tujuan yang ditentukan, dalam sebuah interaksi yang saling berhubungan untuk membentuk tingkah laku, budi perkerti mulia dan bernilai uluhiyah yang tinggi .

B. DASAR , TUJUAN DAN SIFAT-SIFAT PEMBELAJARAN AKHLAQ
1. Dasar Pembelajaran Akhlaq
Dasar pembelajaran akhlaq adalah merupakan bagian dari dasar pendidikan agama Islam, dan Dasar Pendidikan Agama Islam pada system pendidikan nasional, adalah merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat terlepas dari dasar pandidikan nasional negara kita. Kemudian dasar pembelajaran akhlaq, adalah merupakan bagian dari dasar pendidikan agama secara substansial yang terkonsentrasi pada kompetensi keimanan , ketaqwaan dan akhlaqul karimah. Sedangkan dasar edial pembelajaran akhlaq adalah :
a.. Alqur’an, dalam Al Qur’an Allah berfirman



“Sesungguh rosululloh itu adalah menjadi contoh teladan yang baik bagi kamu dan bagi orang
yang mengharapkan menemui tuhan dan hari kemudian dan mengingati tuhan sebanyak
banyaknya” ( Al Qur’an : Al Ahzab 21 )

b. Al Hadits , didaalam Hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda


“ Kebajikan adalah sebaik-baik akhlaq, dan dosa adalah apa yang beredar didalam hatimu
yang kamu tidah suka apabila orang lain mengetahuinya” ( HR Muslin, Nawawi, Nasa’i )

2. Tujuan Pembelajaran Akhlaq
Tujuan pembelajaran akhlaq adalah merupakan bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, yang secara garis tujuan tersebut akan bermuara pada kedekatan seorang hamba dengan kholiqnya. Tujuan tersebut menurut :

a. Imam Al Ghozali, tujuan pembelajaran akhlaq adalah Kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesempurnaan manusia yang dimaksud adalah tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tujuan inilah yang dimaksud dengan Insan Kamil, yang dalam mewujudkannya memerlukan proses yang amat panjang, tahapan-tahapan serta syarat-syarat yang amat banyak

b. Muhammad Athiyah Al Abrasi memaparkan tujuan pembelajaran akhlaq adalah :
 Membentuk akhlaq yang mulia
 Persiapan kehidupan dunia dan kehidupan akhirat
 Persiapan mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya

Dalam kaitannya kesempurnaan manusia, tujuan pembelajaran Akhlaq dapat dijabarkan sbb.

> Menyempurnakan hubungan manusia dengan kholiqnya
Semakin dekat dan terpeliharanya hubungan manusia dengan kholiqnya akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan larangan Allah SWT.

> Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamnya.
Memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan
merupakan upaya manusi yang senantiasa harus dikembangkan terus menerus. Disinilah
terjadi interaksi sesama manusia, baik muslim maupun non muslim, sehingga tampak betapa
citra islam dalam masyarakat yang ditunjukkan oleh tingkah laku para pemeluknya.

< Mewujudkan keseimbangan , keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan
kholiqnya dan hubungan dengan sesama makhlqnya.
Adalah merupakan sikap dan usaha manusia yan g berkesinambungan untuk memperbaiki,
mengaktualisasikan kedua aspek tersebut secara serasi, seimbang dan selaras dalam bentuk
tindakan dan kegiatan sehari-hari, dan hal ini merupakan indikator pencapaian sejauhmana
tingkat kehambaan manusia terhadap kholiqnya.

2. Sifat- sifat Pembelajaran Akhlaq
Jika dibandingkan dengan pembelajaran pada materi pelajaran yang lain, maka pembelajaran akhlah mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda, ibarat uang logam yang memiliki dua permukaan yang berbeda. Sifat – sifat tersebut adalah :
a. Pembelajaran akhlaq mempunyai dua sisi kandungan
1. Sisi Keagamaan,yang merupakan wahyu ilahi dan sunah rasul, yang berisikan hal-hal mutlak dan berada pada luarjangkauan akal ( karena keterbatasan akal manusia )

2. Sisi Pengetahuan, tentang hal-hal yang dapat diindera dan diakli, yang berbentuk pengalaman – pengalaman fikir baik yang berasal dari wahyu, sunnah atau dari buah fikir positif dari pemeluknya ( budaya ) yang dapat dijadikan sebagai teladan.

b. Pembelajaran akhlaq bersifat memihak, tidak netral.
Pemihakan pembelajaran akhlaq terletak pada nilai tawar sebuah ajaran. Dalam pembelajaran
akhlaq yang benar adalah benar berdasarkan wahyu dan sunnah, yang harus dipegang sepanjang
hayat
c. Pengajarannya berupa Pembentukan Akhlaqul Karimah
Suatu pembelajaran yang lebih menekankan pada pembentukan hari nurani, menanamkan dan
mengembangkan sifat-sifat ilahiyah yang jelas dan pasti, baik dalam hubungannya dengan
tuhan dan sesama manusia
d. Pembelajaran akhlaq bersifat fungsional dan terpakai sepanjang masa
Semakin bertambah umur, semakin terasa oleh manusia kebutuhan dan keperluan akan agama.
Oleh karena itu fungsi penanaman akhlaqul karimah layak untuk ditanamkan sedini mungkin
agar dalam pengendalian diri manusia dalam menjalankan hidup senantiasa diwarnai oleh nilai-
nilai luhur ilahiyah.
e. Pembelajaran akhlaq tidak dapat dilakukan sepotong-potong
Pembelajaran agama pada umumnya dan akhlaq khususnya adalah bersifat konsentris dan terminal, sehingga walaupun diajarkan dari peserta didik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sifatnya adalah memperdalam dan memperluas dasar-dasar pengetahuan yang secara utuh telah diterima pada lembaga-lemabaga pendidikan sebelumnya.

C. MATERI PEMBELAJARAN AKHLAQ
Materi pembelajaran akhlaq, tak dapat lepas dari materi pembelajaran aqidah akhlaq, dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Akhlaqul karimah akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang telah menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan yang merupakan sisi uluhiyah dan ubudiyah dan telah mampu merasakan kelezatannya iman.
Secara garis besar materi pembelajaran aqidah akhlaq dari tingkat dasar sampai tingkat atas, meliputi : Materi Ubudiyah dan Keimanan dan Materi Akhlaqul Karimah

Secara singkat materi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk pemetaan sebagai berikut :
No
Tingkatan
Pendidikan
Materi
Pembelajaran Substansi
Pembelajaran
1. MI Pengetahuan dan pemahanan rukun iman dengan sederhana, agar dihayati, diyakini, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar - dasar Uluhiyah
dan Keimanan
Menjadikan perilaku keimanan sebagai landasan hubungan sehari-hari dalam berhubunga dengan Allah SWT dan dalam hubungan dengan sesama manusia dan mkhlauq Akhlaqul Kaqimah
2 MTs Pendalaman dan pengembangan dari pemahaman rukun iman yang telah diterima pada lembaga pendidikan sebelumnya, untuk diamlkan dalam kehidupan sehari-hari, dan bekal untuk pendidikan berikutnya. 1. Pendalaman materi
uluhiyah dan keimanan dari
Pendidikan sebelumnya
2. Modal mengikuti
pendidikan berikutnya.
Menjadikan perilaku keimanan sebagai landasan hubungan sehari-hari yang lebih matang dalam berhubunga dengan Allah SWT dan dalam hubungan dengan sesama manusia dan mkhlauq Akhlaqul Karimah
3. MA Memberikan pengembangan pengetahuan pemahaman, dan penghayatan keimanan yang diaplikasihan dalam kehidupan sehari-hari Pengembangan
1. Pemahaman keimanan.
2 2. Penghayatan keimanan

Penghayatan dan pembentukan kepribadian muslim , dengan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dan berbudi luhur. 1. Pembentukan kepribadian muslim dengan Akhlaqul Karimah.


Dari gambaran pemetaan materi akhlaq pada lembaga pendidikan tingkat MI sampai dengan MA nampak jelaslah konsistensi pada karakteristiknya sebagai lembaga pendidikan dasar s/d menengah yang berciri khas islam. Hal ini tercermin pada indikasi sbb :
1. Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum dijabarkan menjadi 5 mata pelajaran agama di lembaga pendidikan Madrasah
2. Suasana kehidupan madrasah yang agamis
3. Penggunaan metode, pendekatan, tehnis pembelajaran yang agamis.

D. SUMBER PEMBELAJARAN AKHLAQ
1. Al Qur’an
Al Qur’an merupakan wahyu – wahyu ilahi yang diturunkan Allah kepada rosulnya dengan perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia. Al Qur’an dipandang dari segi sunnah terbagi menjadi tiga bagian :
a. Al Qur’an mengandung hukum-hukum, yang menyangkut halal dan haram
b. Al Qur’an mengandung aqidah dan kepercayaan
c. Al Qur’an mengandung kisah-kisah dan cerita-cerita zaman lampau
Pada bagian kedua, Al Qur’an mengandung aqidah dan kepercayaan ini merupakan dasar utama pada pembelajaran Aqidah dan Akhlaq.
2. Al Hadits
Hadits atau Sunnah rosululloh SAW yang merupakan segala perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi Muhammad SAW , sebagai pensyarah , penafsir dan penjelasan Al Qur’an . Dari Hadits inilah dapat diambil berbagai sumber pembelajaran akhlaq

E. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKHLAQ
1. Wawasan Tehnologi Pembelajaran Akhlaq
Tehnologi pembelajaran adalah “ Suatu proses yang komplek dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide peralatan dan organisasi, untuk menganalisis masalah, mencari pemecahan, melaksanakan evaluasi, dan mengelola pemecahan masalah – masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan kontrol ( AECT, 1986 : 3 )
Dari situ dapat dipahami bahwa tehnologi pembelajaran bukan sebagai alat atau media akan tetapi lebih pada sebagai proses.
Jadi, Pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan tehnologik, bilamana ia menggunakan pendekatn system dalam menganlisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan menilainya.
Kalau kegiatan pembelajaran agama islam umumnya dan pembelajaran akhlaq khususnya hanya sampai penguasaan materi dan ketrampilan menjalankan ajaran agama, mungkin pembelajaran akhlaq dapat menggunakan pendekatan tehnologik, sebab proses dan produknya dapat diukur dan direncanakan ( dalam scenario pembelajaran ) sebelumnya, akan tetapi kalau pembelajaran agama Islam / akhlaq harus sampai pada taraf kesadaran iman dan pengamalan ajaran agam dalam kehidupan sehari-hari, maka pendekatan teknologik akan sulit diterapkan, karena mungkin proses dapat direncanakan akan tetapi produk / hasil pembelajarannya tidak bisa dirancang dan sulit diukur. Oleh karena itu , tidak semua pesan – pesan pembelajaran pendidikan Akhlaq dapat di dekati secara teknologik.
2. Wawasan Non Tehnologi Pembelajaran Akhlaq
Pembelajaran Agama ( akhlaq ) sebenarnya bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan tehnologik bilamana yang dikejar adalah menyangkut aspek kognitif atau psykomotor. Akan tetapi kalau yang dikejar adalah menyangkut masalah penanaman, pembentukan, penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai aqidah dan akhlaq agar mempribadi ke dalam peserta didik, maka pendekatan tehnologik dirasa tidak cukup. Karena itu diperlukan pendekatan-pendekatan lain yang bersifat non tehnologik.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka perlu ditentukan, dipilih, dirancang organisasi isi/materi pembelajaran aqidah akhlaq tersebut, bagaimana strategi penyampaiannya serta pengelolaannya. Pembelajaran Aqidah Akhlaq lebih menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan dikembang tumbuhkan kedalam diri peserta didik, sehingga melekat pada dirinya dan menjadi kepribadian.
Menurut Noeng Muhadjir ( 1988 ) bahwa ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai ( Aqidah – Akhlaq ) yaitu :
1. Pembelajaran nilai dengan menggunakan Strategi tradisional, yaitu dengan cara memberikan nasihat dan indoktrinasi. Dengan kata lain, strategi ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan yang buruk.
2. Pembelajaran nilai dengan menggunkan Strategi bebas, ( kebalikan strategi tradisional ), dimana guru / pendidik tidak memberitahukan kepada peserta didik mengenai nilai-nilai yang baik dan yang buruk, tetapi peserta didik justru diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan menentukan nilai mana yang akan diambilnya, karena nilai baik bagi orang lain belum tentu baik bagi peserta didik tersebut.
3. Pembelajaran nilai dengan menggunkan Strategi reflektif adalah pembelajaran dengan cara guru mondar-mandir antara menggunakan pendekatan teoritik ke dalam pendekatan empirik, atau mondar-mandir antara deduktif dinduktif.
Dalam penggunaan strategi tersebut, dituntut adanya konsistensi dalam penerapan kriteria untuk mengadakan analisis terhadap kasus-kasus empirik yang kemudian dikembalikan pada konsep teoritiknya. Strategi ini lebih relevan dengan tuntutan perkembangan berfikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai untuk menumbuh kembangkan kesadaran rasional dan keluasan wawasan terhadap nilai tersebut
4. Pembelajaran nilai dengan menggunkan Strategi transinternal, adalah merupakan cara untuk membelajarkan nilai dengan jalan melakukan transformasi nilai, dilanjutkan dengan transaksi dan traninternalisasi. Dalam hal ini guru dan peserta didik sama-sama terlibat dalam proses komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan kamunikasi verbal dan fisik, tetapi juga melibatkan kamunikasi batin ( kepribadian ) antara keduanya.

3. Karakteristik Pembelajaran Akhlaq

Setiap materi pembelajaran pasti terdapat karakteristik yang melekat dan tak dapat dipisahkan dari materi ajar. Karakter tersebut merupakan bagian-bagian yang saling berkesinambungan dari level pendidikan dasar sampai pada level pendidikan menengah. Dan dapat digambarkan bahwa karakter tersebut dari tingkat sederhara beransur kearah yang lebih mendalam. Pendalaman dari sebuah karakter pembelajaran biasa dituntaskan pada level pendidikan berikutnya. Jadi merupakan sebuah kelaziman jika pada pembelajaran akhlaq tersebut mempunyai karakter, tujuan dan target yang harus diupenuhi secara bertahap. Hal ini merupakan upaya pembentukan moral, budi pekerti dan akhlaq yang tidak dapat dibentuk dalam waktu sekejap, akan tetapi harus melalui proses yang panjang diantaranya dengan cara pembiasaan yang menjadi karakteristik materi akhlaq.
Karakteristik Pembelajaran Akhlaq pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah sekilas dapat digambarkan pada table berikut :




No Materi Akhlaq Karakteristik
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
1. Tauhid dan Keimanan - Memberikan pengetahuan
- Memberikan pemahaman
rukun iman secara sederhana
- Memberikan penghayatan
tauhid dan keimanan - Pendalaman Pengetahuan
- Pendalaman pemahaman
keimanan
- Pendalaman penghayatan
tauhid dan keimanan
- Dasar-dasar kajian tauhid dan
keimanan sebagai bekal
menempuh pendidikan yang
lebih tinggi
2. Akhlaq - Pemahaman akhlaqul karimah
- Pengamalan akhlaq Islam
- Pembiasaan akhlaq Islam
- Akhlaq sebagai bekal pada
pendidikan selanjutnya
( Akhlaq islam secara sederhan ) - Pendalaman akhlaqul karimah
- Pendalaman akhlaq Islam
- Menanamkan dasar-dasar utama
kepribsdisn mudlim
- Membentuk kepribadian muslim
- Pencerminan akhlaq dalam
kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan insane yang
beriman dan bertaqwa
- Pembiasaan akhlaq Islam untuk
dilaksanakan dalam kehidupan
sehari – hari
( Akhlaq Islam lebih luas )

4. Pendekatan, Metode dan Tehnik Pendidikan Akhlaq
Keterkaitan antara pendekatan, metode dan teknik dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan akhlaq dapat digambarkan sebagai berikut.











Pendekatan dalam pembelajaran Pendidikan Akhlaq ( Baca GBPP PAI SMU dan GBPP Aqidah Akhlaq MTs, Kurikulum 1994 ) pada intinya terdapat enam pendekatam :
- Pendekatan Pengalaman
- Pendekatan Pembiasaan
- Pendekatan Emosional
- Pendekatan Rasional
- Pendekatan Fungsional
- Pendekatan Keteladanan
Yang kemudian dijabarkan kedalam metode-metode :

a. Metode Dogmatik, adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus di terima apa adanya, tanpa mempersoalkan hakekat kebenaran dan kebaikan itu sendiri.
Sisi lemahnya adalah, siswa kurang mampu mengembangkan kesadaran rasional, dan jika menghayati nilai-nilai kebenaran maka penerimaanya cenderung dangkal dan terpaksa.

b. Metode Deduktif, adalah cara penyajian nilai-nilai kebenaran ( katuhanan dan kemanusiaan ) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik. Kemudian ditarik beberapa contoh kasus terapan dalam kehidupan sehari-hari.
Sisi baiknya, adalah bagi peserta didik pemula dalam mempelajari nilai, karena mereka terlebih dahulu dikenalkan pada nilai atau konsep kebenaran secara umum, kemudian ditarik rincian –rincian lebih khusus dan mendetail serta dikaitkan dengan kasus-kasus yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

c. Metode Induktif, atau kebalikan dari metode deduktif, yakni disajikan berbagai bentuk kasus yang terjadi dalam masyarakat, kepada peserta didik untuk kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
Sisi baiknya, sangat cocok untuk diterapkan kepada peserta didik yang sudak memiliki kemampuan berfikir abstrak, sehingga mampu mengambil kesimpulan pemikiranya untuk di abstrakkan.
Sisi lemahnya, kadang-kadang dalam mengembalikan antar berbagai kasus yang sama diberikan penilaian yang berbeda – beda sehingga bisa menimbulkan kebingungan pada siswa.
d. Metode reflektif , adalah gabungan dari metode deduktif dan induktif yakni metode yang mondar-mandir antara ; memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran , kemudian melihatnya berbagai kasus sehari-hari atau dari melihat berbagai kasus sehari-hari kemudian dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum.
M Chatib Thoha, dalam bukunya menegaskan bahwa menggunakan metode ini guru dituntut menguasai materi ajar dan memiliki daya nalar tinggi untuk mengembalikan setiap kasus dalam tataran konsep nilai itu.
Berbagai metode tersebut diatas, selanjutnya perlu untuk dijabarkan secara rinci dalam tehnik pembelajaran, diantaranya ialah ;

1. Tehnik Indoktrinasi, prosedur dari teknik ini meliputi;
- Tahap brainwashing ( merusak terlebih dahulu nilai yang sudah terbentuk pada anak )
- Tahap penanaman fanatisme ( menanamkan nilai-nilai baru pada anak untuk difahami agar
diterima secara emosional )
- Tahap penanaman doktrin ( mengerucutkan sebuah nilai kebenaran dengan tidak memberikan
opsi kebenaran yang lainya ). Untuk menerapkan tehnik ini, pendidik dapat menggunakan
pendekatan emosional dan keteladanan.
2. Tehnik moral reasoning, meliputi tahapan-tahapan sbb
- Menyajikan dilema moral
- Pembagian kelompok diskusi
- Diskusi kelas ( klarifikasi nilai )
- Menentukan alternatif dan konsekwensi nilai.
- Mengorganisir nilai-nilai dalam diri siswa

3. Teknik meramalkan konsekwensi, yang merupakan terapan dari pendekatan rasional, langkah-
langkahnya adalah sbb ;
- Penyajian kasus dalam cerita
- Penyajian pertanyaan yang terkait dengan kasus dalam cerita
- Upaya membandingkan nilai
- Meramalkan konsekwensi
4. Teknik klarifikasi, sebuak tehnik untuk membantu anak dalam menentukan nilai kebenaran.
Tahapan-tahapannya adalah sbb
- Pemberian contoh
- Mengenal kelebihan dan kekurangan dari nilai-nilai
- Mengorganisir tata nilai pada siswa

5. Teknik internalisasi, teknik ini lebih menekankan pada pemilihan nilai dengan disertai wawasan
yang cukup luas dan mendalam, sehingga bisa menyatu pada kepribadian siswa yang akan mem
bentuk karakteristik dari siswa tersebut. Tahapan yang bisa dilakukan adalah
- Transformasi nilai
- Transaksi nilai
- Transinternalisasi (menyimak, menanggapi, memberi nilai, mengorganisir, karakteristik dari
nilai-nilai )

5. Keterpaduan Sistem dalam Pembelajaran Akhlaq
Akhlaqul karimah adalah sebuah dambaan bagi setiap insan, yang dalam pencapaiannya tidak semudah meraih ilmu pengetahuan ( knowledge ). Untuk pencapaian nilai-nilai akhlaq yang maksimal, dirasa sangat perlu mewujudkan beberapa keterpaduan.

1. Keterpaduan 3 ( tiga ) macam lingkungan pendidikan.
- Lingkungan Pendidikan dalam keluarga
- Lingkungan Pendidikan dalam Sekolah
- Lingkungan Pendidikan dalam masyarakat

2. Keterpaduan pembelajaran Pendidikan Agama
- Terpadu antar proses pembelajarannya
- Terpadu materi ajarnya
- Terpadu penyelenggarannya

Keterpaduan penyelenggaraan dapat dilakukan melalui
- Keterpaduan penyelenggaraan antar unit. Dalam hal ini unit-unit dilingkungan departemen agama,
seperti menangani di bidang agama, harus melihat keterpaduannya sebagai pendidikan agama
jalur luar sekolah.
- Keterpaduan antar sektor, yang dalam hal ini perlu keterpaduan antar instansi, Departemen Agama
Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Dalam Negeri .
- Keterpaduan lintas organisasi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang dalam hal ini
perlu adanya keterpaduan untuk organisasi masyarakat ( Persatuan orang tua murid, Komite
Sekolah dll ) dan organisasi kemasyarakatan untuk bersatu padu mendukung berlangsung
nya pendidikan dan mendukung tugas pembelajaran pendidikan agama Islam.

F. EVALUASI
Evaluasi terhadap pembelajaran akhlaq pada dasarnya adalah penilaian terhadap :
1. Kesadaran dan kedalaman keimanan peserta didik kepada Allah SWT yang bermuara pada kesadaran seseorang untuk melaksanakan ibadah sesuai syari’at.
2. Penerapan dari nilai-nilai kebenaran yang bermuara pada terbentuknya tingkah laku, budi pekerti, adab kesopanan, tabiat yang tumbuh dan berkembang dari kesucian hati sebagai bentuk pengakuan terhadap nilai-nilai kebenaran yang telah diterima

Oleh karena itu evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran akhlaq tidak dapat diukur sebagaimana mengukur keberhasilan terhadap materi ajar yang lain. Akan tetapi walaupun sulit diukur tingkat keberhasilannya, bukan berarti guru tidak usah mengukur keberhasilan itu.
Kelangsungan atas keseimbangan lingkungan dan pengaruh budaya pada masyarakat
juga akan sangat mempengaruhi produk dari pendidikan akhlaq, oleh karena itu perlu ditekankan lagi pentingnya ; kontrol dari orang yang lebih tua, pergaulan harus tetap dijaga, keteladanan dari seorang guru juga sangat menentukan. Dalam hal keteladanan, didalam memori peserta didik sangat kuat tersimpan dalam memorinya, nah ketika suatu saat figur yang diteladani melakukan sesuatu hal yang tidak terpuji maka akan menimbulkan pemikiran peserta didik untuk mereview kembali nilai – nilai yang telah diyakini dan akan bermuara pada lunturnya nilai-nilai tersebut pada anak. Oleh karenanya, keteladanan tersebut tidak dapat dibatasi oleh waktu dan harus selalu diberikan sampai akhir hayat.




B A B III
P E N U T U P
A. ANALISIS
Pada akhir pembahasan ini, baikalah kami sampaikan sedikit analisis terhadap metode pembelajaran akhlaq, sebagai bahan renungan kita untuk dapat berbuat yang lebih inovatif agar tingkat ketercapaian pembelajaran akhlaq dapat sesuai yang kita harapkan:
Analisis Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Akhlaq MI Negeri Mergayu
Nama Sekolah : MI Negeri Mergayu
Kelas / Semester : VI / I
Jumlah Siswa (smple) : 10 anak
Sasaran penilaian : Akhlaq terhadap sesama teman
Guru Mata Pelajaran : Winarsih, A Ma

No
Pre
sensi Nilai – nilai yang ditanamkan Alasan
melakukan Alasan tidak melakukan Catatan Guru
Berdasarkan
Orang tuanya
Penyayang Kebersamaan bermain Tolong menolong Kebersamaan diskusi Kebersamaan pikt kls Berjabat tangan Mengucapkan salam Mencontoh orng tua Mencontoh televisi Mencontoh guru Mencontoh orang tua Mencontoh televisi Mencontoh guru
1 K TP K S S K S Anak pendiam
2 K S K S S S S Anak guru
3 K K K S K S S Rumah jauh
4 S S S S K S S Rumah jauh
5 S TP K K K K S Ortu Masakot
6 K TP K S S K k Pendiam
7 S TP K K K K S Anak minder/pendian
8 S S S S K S S Anak tokoh masrkt
9 K K K S K S S Anak Kpl Desa
10 K S K S S S S Anak kiai

Penjelasan
S = Selalu
K = Kadang2
TP= Tdk pernah

Sekilas analisa tersebut adalah hanya sebagai sampling secukupnya dari sebagian anak dalam satu kelas untuk dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran akhlaq di MI Negeri Mergayu Kec. Bandung Tulungagung. Sehingga sekilas dapat diambil gambaran sebuah kesimpulan
bahwa :
1. Budaya salam sudah bagus tertanam pada anak
2. Pengaruh lingkungan sekolah / guru cukup
3. Pengaruh lingkungan keluarga cukup
4. Pengaruh media televisi masih terasa dampaknya

REKOMENDASI
Agar pencapaian tujuan pembelajaran akhlaq jauh dapat dirasakan , baik oleh anak, orang tua ataupun masyarakat kami merekomendasikan
1. Pengendalian anak dari budaya menonton televisi yang berlebihan
2. Keteladanan orang tua adalah penting bagi perkembangan kejiwaan anak.
3. Keteladanan Guru sangat diharapkan baik oleh anak maupun wali murid.
4. Mengalihkan budaya menonton televisi yang banyak mengandung muatan-muatan kekerasan dengan menyediakan media elektronik alternatif yang lebih menekankan nilai-nilai pedagogis pada anak, sebagai bentuk penyaluran kemauan anak untuk ingin selalu tahu.

B. K E S I M P U L A N

1. Pengertian Metode Pembelajaran Akhlaq adalah serangkaian cara yang terencana untuk mencapai tujuan yang ditentukan, dalam sebuah interaksi yang saling berhubungan untuk membentuk tingkah laku, budi perkerti mulia dan bernilai uluhiyah yang tinggi
2. Pendekatan tehnologik dirasa tidak cukup untuk membuat pembelajaran akhlaq bisa maksimal dalam pencapaian tujuannya, akan tetapi diperlukan pendekatan-pendekatan lain yang bersifat non tehnologik.
3. Pendekatan, metode dan tehnik yang bermuara pada keteladanan adalah sebuah pola yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran akhlaq.






























M A K A L A H
METODE PEMBELAJARAN AKHLAQ


Dosemn Pengampu
Prof. Dr. H Ahmad Fathomi, M Ag







O l e h






KELOMPOK III


1. Khoirudin Suja’i
2. M Muhsin
3. Siti Munawaroh
4. Djaizatin
5. Ali Mahmud
6. Rozikin
7. Asna Khurori
8. Ali Muhsin Bastomi
9. Taufik
10. Dian
11. Irkham Fuadi
12. Mujiono A



PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
DIPONEGORO TULUNGAGUNG
2008
DAFTAR ISI





HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAN II METODOLOGI PEMBELAJARAN AKHLAQ 3

BAB III PENUTUP 16

DAFTAR PUSTAKA 18






















DAFTAR PUSTAKA




1. Fatoni, Ahmad. Metodologi Pendidikan Agama Islam (, Jakarta Bina Ilmu 2004)
2. Hamka, Tafsir Al Azhar Juz I ( PT Pembimbing Masa, Jakarta : 1970 )
3. Deprtemen Agama, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran ( Tanpa Penerbit : 1998 )
4. Deprtemen Agama , Standar Kompetensi th 2004
5. Saleh,Abdul Rahman Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta Gemawindu Abadi 2000)
6. Tatapangsara Humaidi,Akhlaq Yang Mulia, ( Surabaya : Bina Ilmu 1980 )
7. Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka 2000 )
8. Masy’ari Anwar,Akhlaq Al Qur’an (Surabaya : Bina Ilmu 1990 )
9. Suyuti Mahmud, Dari Nasehat sampai Syafa’at, ( Surabaya : Al Ihsan 1995 )
10. Imam Abu Hamid Al Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, III ( Cairo : Al Sya’ab )
11. http://www.pena pendidikan.com/pembelajran akhlaq/ : 20 Nopember 2008

EPISTIMOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

EPISTIMOLOGI DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM

A. PENGERTIAN EPISTEMOLOGI
Secara etimologi, kata “epistimologi” berasal dari bahasa Yunani “epistime” dan “logos”, epistime berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan, Jadi epistimologi adalah sebuah teori tentang pengetahuan dalam bahasa inggris dikenal dengan “Theori of Knowledge”.
Secara terminology Dagobert D. Runes dalam bukunya Dictioniry of Philosophy yang dikutip Armai Arief mengatakan bahwa Epistimologi adalah sebagai cabang filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian struktur, mode, dan validitas pengetahuan. Dalam pendapat lain adalah D. W Hamlyn sebagaimana yang dikutip Mujamil, mendefinisikan epistimologi sebagi cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Dengan demikian maka epistimologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan denagn pengetahuan dan dipelajari secar substantive.
Oleh karena itu, epistimologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang bersangkutan dengan:
1. Filsafat, sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2. Metode, memiliki tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan.
3. Sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.

Sebagai cabang ilmu filsafat, Epistimologi bermaksud untuk mengkaji dan mencoba menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari seorang mahkluk yaitu manusia.Bagaiman pada dasarnya pengetahuan itu diperoleh dan diuji kebenarannya?. Dimana saja ruang linkup atau batasan-batasan kemampuan manusia untuk mengetahui?. Di dalam epistimologi juga berlaku pengandaian-pengandaian dan sarat-sarat logis mendasari dimungkinkannya pengetahuan serta mencoba memberi pertanggung jawaban rasional terhadap klaim kebenaran dan obyektifitasnya.
Epistimologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri lingkungfan sosial, dan alam sekitarnya, maka epistimologi adalah suatu disiplin yang bersifat evaluatif, normative dan kritis.
Efaluatif berarti bersifat menilai, ia menilai apakah suatu kayakinan, sikap, pernyataan pendapat, teori pengetahuan dapat dibenarkan, dijamin kebenarannya, atau memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara nalar.
Normatif: berarti menentukan norma atau tolak ukur dan dalam hal ini tolak ukur kenalaran bagi kebenaran pengetahuan. Epistimologi sebagi cabang ilmu filsafat tidak cukupo hanya memberi deskripsi atau paparan tentang bagaimana proses manusia mengetahui itu terjadi tetapi perlu menbuat penentuan mana yang betul dan mana yang salah berdasarkan norma empirik.
Kritis berarti banyak mempertanyakan dan menguji kenalaran cara maupun hasil kegiatan manusia mengetahui. Yang dipertanykan adalah baik asumsi-asumsi cara kerja atau pendekatan yang diambil, maupun kesimpulan yang ditarik dalam berbagai kegiatan kognitif manusia.


B. METODE DAN MACAM-MACAM EPISTEMOLOGI
Dasar bagi konsepsi kebenaran umum sebagi kesesuaian antar pikiran dan dengan kenyataan. Jika apa yang saya nyatakan baik, maka pertimbangan saya katakan sesuai dengan kenyataan, maka benar.
Berdasarkan cara kerjanya atau metode pendekatan yang diambil terhadap gejala pengetahuan epistemologi dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Epistemologi Metafisis
Epistemologi metafisis berangkat dari suatu paham tertentu tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaiman manusia mengetahui kenyataan tersebut. Misalnya tentang keyakinan Plato yang meyakini bahwa kenyataan yang sejati adalah kenyataan dalam dunia ide-ide, sedangkan kenyataan sebagaimana kita alami adalah kenyataan yang fana dan gambaran kabur saja dari kenyataan dalam dunia ide-ide.

2. Epistemologi Skeptis
Epistemologi skeptis pernah dikerjakan oleh Decrates, kita perlu membuktikan dulu apa yang dapat kita ketahui sebagai sungguh nyata atau benar-benar tak dapat diragukan lagi dengan menganggap sebagai tidak nyata atau benar-benar tak dapat diragukan lagi dengan menganggap sebagai tidak nyata atau keliru segala sesuatu yang kebenarannya masih dapat diragukan.

3. Epistemologi Kritis
Epistemologi kritis memprioritaskan metafisika atau epistimologi tertentu, melainkan berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran akal sehat ataupun asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran ilmiah sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu kita coba tanggapi secara kritis asumsi, prosedur dan kesimpulan tersebut.

C. JENIS-JENIS PENGETAHUAN
Filsafat merupakan usaha untuk memasuki persoalan tertentu daripada sebagai penguasaan terhadap seperangkat jawaban yang terumuskan, filsafat merupakan pembukaan mata terhadap apa yang telah dialami, filsafat yang utama merupakan refleksi.
Dari beberapa refleksi kita bisa membedakan pengetahuan manusia menjadi 3 jenis pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan Ilmiah adlah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kewrja atau metode ilmiah. Sedangkan yang dimaksud dengan metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah sistematis yang perlu diambil guna memperoleh pengetahuan yang didasarakan atas persepsi indrawi dan melibatakan uji coba hipotesis serta teori secara terkendali.

2. Pengetahuan Moral
Kalau adanya pengetahuan ilmiah sering tidak begitu biperdebatkan, lain halnya dengan adanya pengetahuan moral cukup banyak orang menganggap bahwa dalam hal moral todak ada kebenaran yang bersifat obyektif dan universal. Penilaian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi atau paling-paling produk budaya tempat orang lahir dan dibesarkan, dalam hal moral tidak ada klaim kebenaran yang abasah.

3. Pengetahuan Religius
Persoalan tentang kemungkinan adanya penmgetahuan, religius sedikit berbeda dari persoalan tentang kemungkinan adanya pengetahuan moral. Kendati begitu beberapa konsep dan prinsip yang berlaku dalam membahas kemungkinan adanya pengetahuan moral dapat dipakai untuk memberi titik terang pada persoalan tentang pengetahuan religius.

D. PENDEKATAN PEROLEHAN ILMU PENGETAHUAN
Salah satu masalah teori pengetahuan yang tertua adalah tentang sumber pengetahuan. Masing-masing kita memiliki khasanah pengetahuan tertentu, misalnya tentang alam sekitar, kehidupan yang kita alami, prinsip- prinsip matematika, tentang baik buruk tentang indah dan jelek dan sebagainya.
Didalam sejarah filsafat lazim dikatakan bahwa pengetahuan diperoleh melalui salah satu dari 4 jalan sebagai berikut:
1. Pengetahuan diperoleh dari budi.
2. Pengetahuan diperoleh dari bawaan lahir.
3. Pengetahuan diperoleh dari indera-indera khusus, yaitu penglihatan, pendengaran, ciuman dan rabaan.
4. Pengetahuan berasal dari penghayatan langsung atau ilham.

Secara garis besar arah tujuan hidup manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap:
• Pertama, mengetahui kebenaran.
• Kedua, memihak kepada kebenaran,
• Ketiga, berbuat ikhsan secara individual maupun sosial yang terealisasidalam perbuatan ibadah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan pengetahuan ialah:
1. Bantuan kajian ilmu secara ontologism ilmu membatasi pada pengkajian obyek yang berada dalam lingkup manusia tidak dapat mengkaji daerah yang bersifat transcendental.
2. Cara menyusun pengetahuan: untuk mendapatkan pengetahuan menjadi ilmu diperlukan cara untuk menyusunnya yaitu dengan cara menggunakan metode ilmiah.
3. Diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologism dan aksiologis ilmu itu sendiri.
4. Penjelasan diarahkan pada diskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat dalam suatu konstelasi penyebab timbulnya suatu gejala dan proses terjadinya.
5. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit.
6. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan pada pengetahuan yang tidak tergolong pada kelompok ilmu tersebut.
7. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
8. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis:
a. Ilmu eksakta: deduktif, rasio, kuantitatif.
b. Ilmu sosial: induktif, empiris, kuantitatif.

Para filosuf islam menyebutkan islam menyebutkan beberapa sumber dan sekaligus alat pengetahuan , yaitu :
1. Alam tabi’at atau alam fisik
2. Alam akal
3. Analogi (Tamsil)
4. Hati dan ilham

Beberapa pra-syarat untuk memiliki pengetahuan, yaitu :
a. Konsentrasi
b. Akal yang sehat
c. Indra yang sehat

E. KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Ilmu pengetahuan berasal dari kata ilm dan pegetahuan. Dalam pandangan James K.Feiblenan pengetahuan (ma’rifah / knowledge) adalah hubungan antar obyek dan
Subyek (relation between obyek and sabyect). Dengan kata lain, pengetahuan adalah paham suatu subyek mengenai obyek yang dihadapi.
Sedangkan ilmu (al-ilmu/science) dalam pandangan para ahli mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. Ilmu adalah sesuatu yang empiris, rasional, umum, dan komulatif,dan keempat-empatnya serempak.
2. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalan dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi, dan pengalaman untuk menentukan hakekat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
3. Ilmu adalah seperangkat rumusan pengembangan pengetahuan yang dilaksanakan secara obyektif, sistimatis, baik dengan pendekatan deduktif maupun induktif, yang dimanfaatkan untuk memperoleh keselamatan, kebahagiaandan ,danpengalaman manusia yang beraslal dari tuhan, dan disimpulkan oleh manusia melalui hasil penemuan pemikiran dari para ahli.
Dari beberapa difinisi diatas, ilmu pengethuan mempunyai ciri -ciri khusus, yaitu :
1. Obyek ilmu pengetahuan adalah empiris, yaitu fakta- fakta empiris yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan panca indranya.
2. Ilmu pengetahuan mempunyai karakteristik sendiri, yaitumempunyai sistimatika hasil yang diperoleh bersifat rasional dan obyektif, universal dan komulatif.
3. Ilmu dihasilkan dari pengamatan,pengalaman , studi, dan pemikiran.
4. Sumber dari segala ilmu adalah Tuhan.
5. Fungsi ilmu adalah keselamatan, kebahagiaan,pengamanan manusia dari segala sesuatu yang menyulitkan.
Disamping ilmu pengetahuan dapat dibuat sebagai setandar kualitas stratifikasi manusia, ilmu pengetahuan juga mempunyai kedudukan tertinggi dalam pandangan islam, diantaranya adalah :
1. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran.
2. Ilmu pengetahuan sebagai prasarat amal shaleh.
3. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber-sumber alam guna mencapai ridho alloh SWT.
4. Ilmu pengetahuan sebagai alat penghubung daya piker.
5. Ilmu pengetahuan sebagai hasil pengembangan daya fakir.

Sesungguhnya ilmu pengetahuan dan agama keduanya tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan fitroh yang saling membimbing dengam mesra antara keduanya, tanpa adanya perbedaan dan pertentangan karena keduanya sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Qutud yang dikutip oleh M. Ja’far yaitukarena:
1. Menghadapkan wajah kepada Allah SWT pencipta dalam melaksanakan ibadah.
2. Kegemaran melakukan penelitian ilmiah pada alam sekitar kita adalah fitroh.
3. Berusaha menggali sumber-sumber energi dan menaklukkannya untuk kepentingan kehidupan umat manusia adalah fitroh, karena Allah telah menyerahkan semuanya kepada umat manusia untuk menunjang pelakasanaan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
4. Dalam ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad Allah berfirman “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.

Menurut Ismail Roji al-Faruqi, kewajiban pemikir muslim adalah melakukan islamisasi, untuk mendefinisikan dan menerapkan relefansi islam hingga ke item-item nya di dalam kehidupan sehari-hari. Dia menawarkan konsep operasionalnya berupa langkah-langkah proses islamisasi pengetahuan:
1. Penguasaan disiplin ilmu modern: penguraian kategoris.
2. Survey disiplin ilmu.
3. Penguasaan khasanah islam: sebuah antologi.
4. Penguasaan khasanah ilmiah islam tahap analisis.
5. Penentuan relefansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.
6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern tingkat perkembangannya di masa kini.
7. Penilaian kritis terhadap khasanah islam: tingkat perkembangannya dewasa ini.
8. Survey permasalahan yang dihadapi umat islam.
9. Analisis kreatif dan sintesis.
10. Perenungan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam: buku-buku dasar tingkat universitas.
11. Penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah diislamkan.
Terjadinya dikotomi dalam pendidikan islam mengakibatkan hal-hal sebagi berikut:
1. Kegagalan dalam merumuskan prinsip at-tauhid.
2. Lahirnya syirik akibat dari dikotomi firqoh islam.
3. Dikotomi firqoh (ideologi) islam mengakibatkan dikotomi dalam kurikulum.
4. Dikotomi kurikulum menyebabkan terjadinya dikotomi dalam proses pencapaian tujuan pendidikan islam.
5. Dikotomi proses pencapaian tujuan pendidikan islam dalam interaksi sehari-hari menyebabkan dikotomi abituren pendidikan dalam bentuk split personality ganda dalam arti kemusyrikan, kemunafikan yang melembaga dalam sistem keyakinan, sistem pemikiran, cita-cita, dan perilaku yang sering disebut sekularisme.
6. Suasana dikotomi ini melembaga dalam sistem pengelolaan lembaga pendidikan islam yang ternodai oleh tradisi mengulurkan tangan untuk minta bantuan dana atau fasilitas tertentu dan dukungan secara politis dngan alasan, obyektif atau subyektif.
7. Lembaga pendidikan islam akan melahirkan manusia yang berkepribadian ganda, atau justru melahirkan dan memperkokoh sistem kehidupan umat yang sekularistis, rasionalistis, intuitif dan materialistis.
8. Tata kehidupan umat yang demikian itu akan melahirkan peradapan barat sekuler yang dipoles dengan nama Islam.
9. Dalam proses regenerasi umat, tampilah da’i yang berusaha merealisasikan islam dalam bentuknya yang memisahkan kehidupan sosial, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi untuk urusan dunia.



F. IMPLIKASI ILMU PENGETAHUAN DALAM PROSES PENDIDIKAN ISLAM
Tugas pokok ilmuwan dalam realisasi pendidikanislam dapat disimpulkan menjadi 6, yaitu:
1. Tugas intelektual (al-amal al-fikri).
2. Tugas bimbingan keagamaan.
3. Tugas komunikasi umat.
4. Tugas menegakkan syariat islam.
5. Tugas mempertahankan hak-hak umat.
6. Tugas berjuang melawan musuh-musuh islam.

Fungsi ilmu antara lain:
1. Mengetahui kebenaran untuk ini bisa menggunakan dasar wahyu atau ilmu pengetahuan atau kedua-duanya.
2. Menjelaskan ajaran atau akidah islamiah.
3. Menguasai alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia.
4. Meningkatkan kebudayaan dan peradaban islamiah.

Dalam kaitan dengan keilmuan keislaman maka juga tidak bisa kita lepas dari budaya dan peradaban sebagaimana yang disebutkan oleh Abdurrahman antara lain:
1. Konsep at-tauhid atau Onenes of God. Dimana saja kapan saja islam selalu menampilkan ajaran ajaran satu Tuhan.
2. Universalitas pesan dan misi peradaban, Al-Qur’an menekankan persaudaraan manusia dengan tetap memberi ruang pada perbedaan ras, keluarga, Negara dan sebagainya.
3. Prinsip moral yang selalu ditegakkan dalam budaya ini.
4. Budaya toleransi yang cukup tinggi.
5. Prinsip keutamaan belajar dan memperoleh ilmu.

Dengan demikian peningkatan ilmu harus dibarengi oleh peningkatan kebijaksanaan (suatu konsepsi yang benar melalui tujuan hidip), yang sementara ini belum diberikan oleh sains, sehingga tidaklah cukup untuk menjamin semua kemajaun sejati meskipun sains ini telah memberikan formulasi yang diperlukan dalam kemajuan.














DAFTAR PUSTAKA:

Aziz, Abdul, Filsafat Pendidikan Islam, Surabaya: Lembaga Kajian Agama dan Filsafat (eLKAF). 2006.
Mujamil, Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: ERLANGGA. 2002.
J,Sudirman, Epistimologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta, Kanisius,2002.
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta, Spress, 1993
Ismail Roji Al-Faruqi, IslamisasiPengetahuan, Anas Mahyudin, Bandung, Pustaka, 1984.

Rabu, 08 Desember 2010

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam era globalisasi yang kompetitif ini, terutama dalam dunia pendidikan mutlak diperlukan manusia yang kreatif, inovatif, produktif dan mampu beradaptasi dengan perubahan. Setiap Pengelola Sekolah pasti mempunyai mimpi, bahwa suatu saat sekolah yang dikelolanya akan menjadi sekolah yang unggul dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkwalitas tinggi..
Pengelolaan lembaga pendidikan tidak bisa dikelola dengan waktu sisa, manajemen tukang cukur, dan kemampuan minim, meminjam falsafah Jawa “Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak Nyawane”, artinya kita dalam berjuang perlu pengorbanan bukan hanya angan-angan tanpa mau memikirkan keuatan materi untuk berjuang.
Pengelolaan pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia dengan peradaban dimasa mendatang. Suatu bencana besar ketika manusia mengelola pendidikan hanya dilihat dari kacamata pribadi, orang yang demikain ini termasuk melemahkan generasi mendatang .
Ahmad Tafsir (1994: 116) menyebutkan, bahwa untuk menerapkan profesionalitas dalam pengelolaan pendidikan harus diupayakan secara maksimal dan serempak pada semua unsur yang meliputi; profesionalitas pada tingkat yayasan, profesionalitas pada tingkat kepala sekolah, profesionalitas pada tingkat tenaga pengajar atau guru, dan profesionalitas pada tenaga ketatausahaan (administrasi)
Tapi umumnya, beberapa waktu kemudian beberapa pengelola tersebut menjadi kecewa karena ternyata apa yang di inginkannya tidak menjadi kenyataan.Visi dan misi sekolah baru sebatas hiasan dinding. Indikator keberhasilan sekolah hanya sekedar pajangan Sasaran dan kebijakan sekolah cuma slogan semata. Ini membuktikan bahwa pengelola sekolah tidak mampu melakukan perubahan.



B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah nilai evaluasi terhadap lembaga pendidikan perspektif Al-Qur’an dan hadits?
2. Bagaimanakah model-model evaluasi nilai edukiasi dlm
3. Apakah subyek dan obyek evaluasi?


C.Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui:
1. Apakah pengertian evaluasi?
2. Bagaimanakah nilai evaluasi terhadap lembaga pendidikan perpektif Al-Qur’an dan hadits?
3. Bagaimanakah model-model evaluasi?


















BAB II
PEMBAHASAN

NILAI EDUKASI EVALUASI PENDIDIKAN DALAM PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERSPEKTIF ALQUR’AN HADITS


A.Pengertian
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan(decisionalternatives).
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang diatas,kita dapat menarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuahprogram.
Nilai edukasi evaluasi pendidikan adalah nilai-nilai pada evaluasi pendidikan yang menyangkut proses pembelajaran (takdib,taklim,tarbiyah) dalam kerangka pengelolaan lembaga pendidikan menurut Al-qur’an dan Hadits.
B.Evaluasi dalam pengelolaan lembaga pendidikan perspektif Al-Qur’an dan Hadits.
Sebenarnya evaluasi pendidikan bukan sekedar suatu aktifitas untuk mengakhiri proses pendidikan dan pengajaran. Evaluasi ini juga dapat dilakukan sebagai kontrol dan feed back setiap langkah dari management pendidikan. Pasal 57 ayat (2) uu no 2003 menyebutkan ”evaluasi dilakukan untuk peserta didik, lembaga dan program pendidkan dalam jalur formal dan non formal untuk semua jenjang , satuan dan jenis pendidikan.”
Ayat tersebut mencampur adukkan ”evaluasi terhadap peserta didik” yang lebih bermakna examination dengan ”evaluasi terhadap lembaga dan program pendidikan”yang lebih bermakna assesment. Evaluasi bermakna examinition mengarah pada mengukur pemahaman dan prestasi peserta didik, sedang evaluasi dalam pengertian assesment maksudnya untuk mengukur kinerja sistem atau bagian dari sistem pendidikan yang berimplikasi pada perbaikan penyelenggaraan dan sistem atau komponennya.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ (243) وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (244) مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (245)
وَإذا جوزِيت قَرضاً فاجزْه ... وقال الزجاج : القرض في اللغة : البلاء الحسن ، والبلاء السيء .
قال أمية :
كلُّ امرىء سَوفَ يُجْزَي قْرضَه حَسَناً ... أو سَيِئاً وَمديناً مِثْل مَا دَانَا
وقال آخر :
فجازَى القُرُوض بِأمثَالها ... فبالخْيَر خَيْراً وبِالشر شرّاً
وقال الكسائي : القرض : ما أسلفت من عمل صالح ، أو سيء ، وأصل الكلمة القطع ، ومنه المقراض ، واستدعاء القرض في الآية إنما هو : تأنيس ، وتقريب للناس بما يفهمونه . والله هو الغني الحميد . شبه عطاء المؤمن ما يرجو ثوابه في الآخرة بالقرض ، كما شبه إعطاء النفوس ، والأموال في أخذ الجنة بالبيع ، والشراء



C. Model-model evaluasi
Menurut Stephen Isaac dan Willian B. Michael ( 1984 : 7) model-model evaluasi dapat dikelompokan menjadi enam yaitu :

1. Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7)
{ فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ } زنة نملة صغيرة { خَيْراً يَرَهُ } يرى ثوابه
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
{ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ } يرى جزاء

2. Decision Oriented Evaluation
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi yaitu : Context, Input, Process dan Product.
وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (45)
قال أبو جعفر: وأولى هذه الأقوال عندي بالصواب، قولُ من قال: نزلت هذه الآيات في كفّار أهل الكتاب، لأن ما قبلها وما بعدها من الآيات ففيهم نزلت، وهم المعنيُّون بها. وهذه الآيات سياقُ الخبر عنهم، فكونُها خبرًا عنهم أولى.
* *
فإن قال قائل: فإن الله تعالى ذكره قد عمَّ بالخبر بذلك عن جميع منْ لم يحكم بما أنزل الله، فكيف جعلته خاصًّا؟
قيل: إن الله تعالى عَمَّ بالخبر بذلك عن قومٍ كانوا بحكم الله الذي حكم به في كتابه جاحدين، فأخبر عنهم أنهم بتركهم الحكمَ، على سبيل ما تركوه، كافرون. وكذلك القولُ في كل من لم يحكم بما أنزل الله جاحدًا به، هو بالله كافر، كما قال ابن عباس، لأنه بجحوده حكم الله بعدَ علمه أنه أنزله في كتابه، نظير جحوده نبوّة نبيّه بعد علمه أنه نبيٌّ.
* * *
القول في تأويل قوله عز ذكره : { وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالأنْفَ بِالأنْفِ وَالأذُنَ بِالأذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ }
قال أبو جعفر: يقول تعالى ذكره: وكتبنا على هؤلاء اليهود الذين يحكمونك، يا محمد، وعندهم التوراة فيها حكم الله.
ويعني بقوله:"وكتبنا"، وفرضنا عليهم فيها أن يحكموا في النَّفس إذا قتلت نفسًا بغير حق (1) ="بالنفس"، يعني: أن تقتل النفس القاتلة بالنفس المقتولة،

3. Transactional Evaluation.
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.
وَإِنْ مَا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
{ وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ } « ما » زائدة وأصله : وإن نرك { بَعْضَ الذى نَعِدُهُمْ } من العذاب كما وعدناهم بذلك بقولنا : { لَّهُمْ عَذَابٌ فِى الحياة الدنيا } وبقولنا : { وَلاَ يَزَالُ الذين كَفَرُواْ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ } والمراد أريناك بعض ما نعدهم قبل موتك ، أو توفيناك قبل إراءتك لذلك { فَإِنَّمَا عَلَيْكَ البلاغ } أي : فليس عليك إلاّ تبليغ أحكام الرسالة ، ولا يلزمك حصول الإجابة منهم لما بلغته إليهم { وَعَلَيْنَا الحساب } أي : محاسبتهم بأعمالهم ومجازاتهم عليها ، وليس ذلك عليك . وهذا تسلية من الله سبحانه لرسوله صلى الله عليه وسلم وإخبار له أنه قد فعل ما أمره الله به ، وليس عليه غيره ، وأن من لم يجب دعوته ، ويصدّق نبوّته فالله سبحانه محاسبه على ما اجترم واجترأ عليه من ذلك
4. Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.
5. Goal Free Evaluation
Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
عن عبدالله بن مسعودرضي الله عنه عن النبي ص م قال انصدق يهدي الي البر وان البر يهدي الي الجنة وان الرجل ليصدق حتي يكتب عندالله صد يقا وان الكدب يهدي الي الفجور وان الفجور يهدي الي النار وان الرجل ليكدب حتي يكتب عندالله كدا با
6. Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hokum.Dalam prakteknya,model adversary terdiri empat tahapan yaitu:
a. Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu program untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.
b. Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur.
c. Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d. .Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argument-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.

D.Subyek dan Obyek Evaluasi

Subjek dan objek evaluasi bisa dianalogikan bagai pemanah dan busurnya. Bila salah satunya tidak ada, maka proses evaluasi sulit untuk berlangsung..
 Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan evaluasi. Jadi siapapun itu, baik guru ataupun bukan, tetapi dia melakukan evaluasi, maka dia bisa dikatakan sebagai subjek evaluasi.
 Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut
a. Input, evaluasi pada tataran ini biasanya dilakukan pada saat siswa ingin memasuki sebuah lembaga pendidikan. Tujuannya adalah agar lembaga terkait mendapat gambaran secara utuh tentang calon siswanya, contoh : evaluasi melalui tes kemampuan, kepribadian, sikap, dan intelegens.
b. transformasi/proses, mesin yang bertugas mengubah bahan mentah (raw input) menjadi bahan jadi. Yang menjadi objek penilaian dalam unsur transformasi adalah kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, sistem administrasi, guru, dan personal lainnya.
c. output, dalam tahap ini evaluasi dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan atau pencapaian dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut dengan tes pencapaian atau achievement test.
d. Outcomes, untuk menilai sejauh mana lulusan/kualitas lulusan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan institusi/lembaga. Selain itu, evaluasi outcomes dilancarkan untuk melihat bagaimana lulusan dapat diserap oleh lapangan pekerjaan.



ANALISIS
Mulyani AN menyebut bahwa pendidikan di Indonesia secara kuantitatif dapat dikatakan telah mengalami kemajuan. Indikatornya dapat dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67.24%. Hal ini sebagai akibat dari program pemerataan pendididikan, terutama melalui Inpres SD yang dibangun pada masa Orde Baru. Sedangkan keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun karakteristik bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi yang unggul. Banyaknya lulusan pendidikan formal, baik pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi, terlihat belum mampu mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah masih sukar bekerja di sektor formal karena belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana, yang dapat berperan secara aktif di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan profesionalisasi yang melekat pada lembaga pendidikan tampaknya hanya simbol belaka, lulusannya tidak profesional.








Albaqoroh

243. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
[154]. Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di sini dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya dengan mati semangat.
244. Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

PENDIDIKAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI

PENDIDKAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan ekonomi pada pembangunan jangka panjang tahun pertama dan kedua adalah karena :
1.Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
2.Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.
Dalam bidang ekonomi yang sangat relevan dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan investmen dan hasilnya. Maksudnya adalah jika modal ditanam dalam jumlah tertentu maka akan dapat ditentukan berapa banyak keuntungan yang akan didapatkan kelak.Negara – negara industri maju memerlukan lebih lama belajar ,jadi lebih banyak memerlukan investasi dalam pendidikan ,sedangkan dinegara -negara yang sedang membangun waktu belajar lebih sedikit dan tentunya buget.untuk pendidikan juga berkurang.Ini adalah sebab negara-negara yang tinggi teknologinya itu menangani inputnya, sedang outputnya adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat pendidikan. yang diperoleh
Pada teori pertumbuhan ekonomi, anak dianggap sebagai modal / kunci kearah pembangunan ekonomi tentu saja ini adalah anak-anak yang mengenyam pendidikan baik secara formal maupun non formal. Ukuran-ukuran konstribusi pendidikan terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berdasar pada kapasitas produksi tenaga manusia dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan invesment in human capital.Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya.Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat.
Sementara ini konstribusi pendidikan indonesia belum begitu nyata, hal ini dibuktikan output dari lembaga-lembaga pendidkan di Indonesia tidak semuanya memiliki ketrampilan atau bahkan tidak ada penerapan disiplin ilmu yang telah ditempuhnya,dan krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997,upaya memulihkan ekonomi yang nampaknya berjalan lamban,dan biaya pendidikan yang semakin meningkat baik SLTP,SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan memperlemah kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya.Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah,yaitu sebesar 31,05% untuk SLTA dan SLTP 16,62% dapat menjadi indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Data PBS memberikan gambaran bahwa angka partisipasi sekolah (APS) belum menunjukkan capaian yang memuaskan kecuali penduduk usia 7-12 tahun.Dilihat dari lama rata-rata pendidikan adalah 6,8 per tahun.
Masalah lemahnya dukungan finansial, sekalipun secara konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, hal ini masih sangat sulit untuk diwujudkan baik pemerintah pusat maupun daerah.Setiap daerah otonom mempunyai kemampuan keuangan daerah yang tidak sama.
Fenomena diatas menunjukkan pada kita untuk memulai mewujudkan memajukan perekonomiam melalui pendidikan yang lebih implikatif terhadap kegiatan perekonomian.




























BAB I
PENDAHULUAN


A.Latar belakang
Ekonomi dan pendidikan selalu bergandengan semenjak zaman dahulu kala. Ahli ahli ekonomi semenjak zaman itu, begitu pula pencipta-pencipta sains telah mengakui pentingnya peranan yang dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhan pengetahuan manusia yang berimplikasi pada perkembangan ekonomi.
Dalam bidang ekonomi yang sangat relevan dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan investmen dan hasilnya. Maksudnya adalah jika modal ditanam dalam jumlah tertentu maka akan dapat ditentukan berapa banyak keuntungan yang akan didapatkan kelak.Negara – negara industri maju memerlukan lebih lama belajar ,jadi lebih banyak memerlukan investasi dalam pendidikan ,sedangkan dinegara -negara yang sedang membangun waktu belajar lebih sedikit dan tentunya buget.untuk pendidikan juga berkurang.Ini adalah sebab negara-negara yang tinggi teknologinya itu menangani inputnya, sedang outputnya adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat pendidikan yang diperoleh,walaupun hasil pendidikan tidak selalu harus diukur dengan uang tetapi juga pada hal-hal yang bersifat bukan benda,seperti :status, prestise,kebahagiaan, kesempatan ,penghargaan, yang tentunya semua ini dapat dilihat dari individu yang menempuh pendidikan tersebut.
Selain itu pendidikan merupakan faktor produksi. Pada teori pertumbuhan ekonomi, anak dianggap sebagai modal / kunci kearah pembangunan ekonomi tentu saja ini adalah anak-anak yang mengenyam pendidikan baik secara formal maupun non formal.
Sedangkan krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997,upaya memulihkan ekonomi yang nampaknya berjalan lamban,dan biaya pendidikan yang semakin meningkat baik SLTP,SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan memperlemah kemampuan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya.Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah,yaitu sebesar 31,05% untuk SLTA dan SLTP 16,62% dapat menjadi indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Data PBS memberikan gambaran bahwa angka partisipasi sekolah (APS) belum menunjukkan capaian yang memuaskan kecuali penduduk usia 7-12 tahun.Dilihat dari lama rata-rata pendidikan adalah 6,8 per tahun.
Masalah lemahnya dukungan finansial, sekalipun secara konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, hal ini masih sangat sulit untuk diwujudkan baik pemerintah pusat maupun daerah.Setiap daerah otonom mempunyai kemampuan keuangan daerah yang tidak sama.Semangat untuk pemekaran wilayah belum diikuti kemampuan keuangan daerah dan juga komitmen pemerintah dalam mengalokasikan dana pendidikan.
Fenomena tersebut menunjukkan permasalahan yang fundamental yang mana itu sangat bertalian erat dengan faktor produksi pendidikan,efektifits dan haruslah kembali berpijak pada landasan pendidikan yang kokoh,yang dalam hal ini adalah landasan ekonomi pendidikan.

B.Rumusan Masalah
Dalam makalah landasan ekonomi pendidikan kami akan membahas tentang ;
1.Peran ekonomi dalam pendidikan.
2.Fungsi ekonomi dalam pendidikan.
3.Fungsi produksi dalam pendidikan
4.Sumber-sumber dana dalam pendidikan
5.Efektifitas ekonomi dalam pendidikan

C.Batasan masalah
Dalam makalah ini kami membatasi pada permasalahan :
1.Peran ekonomi dalam pendidikan.
2.Fungsi ekonomi dalam pendidikan.
3.fungsi produksi dalam pendidikan
4.Sumber-sumber dana dalam pendidikan
5.Efektifitas ekonomi dalam pendidikan




















BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN EKONOMI PENDIDIKAN
1.Pengertian Landasan Ekonomi Pendidikan
Secara leksikal, Landasan berarti tumpuan ,dasar, atau alas. Karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau pijakan itu bersifat material (contoh ; landasan pesawat terbang), dapat pula bersifat konseptual ( contoh ;landasan pendidikan).Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi.
Ekonomi menurut kamus bahasa indonesia berarti ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, pemakaian barang-barang,serta kekayaan.
Pendidikan dapat difahami dari dua sudut pandang yaitu praktek dan studi. Praktek adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan.Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau kelompok dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yamg menjadi pijakan dalam berproduksi dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan
Landasan ekonomi ini membahas peran ekonomi,fungsi, peranan produksi, dan efektifitas pembiayaan.

2.Peran ekonomi dalam pendidikan.
Peran ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan pemegang peran utama. Menurut Prof.DR Pridarta Made, faktor yang paling menentukan dalam pendidikan adalah dedikasi,loyalitas,keahlian dan ketrampilan pengelolaan dan pendidikan tiap lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sepatutnya mampu menutupi kebutuhan sekolah masing-masing dan tidak harus bergantung kepada pemerintah.Management sekolah mulai dari kepala sekolah,guru dan siswa harus mengetahui peran dan tugasnya masing-masing.
Tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kondisi ekonominya masing. Sekolah / perguruan tinggi yang kaya akan bisa leluasa bergerak menggaji guru/dosen atau membeli perlengkapan besar. Namun sebaliknya untuk sekolah yang miskin akan sulit bergerak.

3.Fungsi ekonomi dalam pendidikan
fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan,bukan merupakan modal mengembangkan dan untuk mendapatkan keuntungan. Ekonomi pendidikan fungsinya sama dengan sumber-sumber pendidikan seperti guru ,kurikulum,alat peraga dan sebagainya untuk mensukseskan misi pendidikan yang kesemuanya bermuara pada perkembangan anak didik.Ekonomi merupakan salah satu bagian sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan afeksi,kognisi,dan ketrampilan. Termasuk memilikiketrampilan tertentu untuk bisa menjadi tenaga kerja yang handal atau menciptakan lapangan kerja sendiri, cinta pada pekerjaan halus maupun kasar, memilihki etos kerja dan hidup hemat.

Fungsi ekonomi dalam dunia pedidikan terbatas pada:
1.Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama siswa, orang tua masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam atau ditemukan dilapangan seperti: sarana,prasarana,media,alat peraga,atau barang habis pakai dan materi pelajaran. .
2,Membiayai segala perlengkapan gedung seperti:air,listrik,dan telepon.
3.Membayar jasa semua kegiatan pendidikan seperti : pertemuan-pertemuan, perayaan-perayan,kepanitiaan,darmawisata,pertemuan ilmiah dan sebagainya
4.Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi seperti :hidup hemat, bersikap efisien, memiliki ketrrampilan produktif,memiliki etos kerja dan prinsip-prinsip ekonomi.
5.Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para persunalia pendidikan
6.Meningkatkan motivasi kerja
7.Membuat para personalia pendidikan lebih gairah kerja

4.fungsi produksi dalam pendidikan
a.Fungsi produksi administrator
Inputnya adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses pendidikan:
-sarana dan prasarana belajar termasuk ruang kelas
-perlengkapan belajar,media dan alat peraga
-buku dan bentuk materi lainya seperti disket
-barang-barang habis pakai seperti kertas dan alat tulis
-waktu guru dan personalia kerja
Outputnya adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses anak didik
b.Fungsi produksi psikologi
Inputnya sama dengan input produksi administrator
Outputnya adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup:
-peningkatan kepribadian
-pengaturan dan pembentukan sikap
-penguatan kemauan
-peningkatan estetika
-penambahan pengetahuan,ilmu,teknologi
-penajaman pikiran
-peningkatan ketrampilan
c.Fungsi produksi ekonomi
Inputnya adalah:
-Semua biaya pendidikan
-Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan
-uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah
Outputnya adalah :tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat dan bekerja, jika orang ini sudah sebelum belajar atau kuliah.Dan jika belum pernah bekerja maka outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat atau bekerja.
Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing didunia pendidikan.Marketing adalah analisis ,perencanaan ,implementasi,dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai dengan target pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan(kolter,1985) .

Marketing mencakup:
1.Mendesain penawaran
2.Menentukan pasar atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik.
3.Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi,distribusi,dan meningkatkan motivasi serta layanan.

Keuntungan marketing:
1.Misi pendidikan terselenggara lebih sukses
2.Meningkatkan kepuasan masyarakat
3.Meningkatkan daya tarik terhadap petugas,peserta didik,dan dana
4.meningkatkan efisiensi kegiatan pemasaran

Kelemahan Marketing:
1.Cenderung lembaga pendidikan menjadi usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan uang
2.Idealisme pendidikan cenderung diabaikan

5.Sumber-sumber dana;
1.Dari pemerintah dalam bentuk pembangunan ,pertandingan karya ilmiah dan sebagainya.
2.Dari kerjasama dari instansi lain baik dari pemerintah,swasta maupun dunia usaha.
3.Membentuk pajak pendidikan.
4.Usaha-usaha lain misalnya mengadakan pentas seni keliling,mengaktifkan komite sekolah dan sebagainya.
Menurut jenisnya biaya pendidikan terdiri dari :
1.Dana rutin ,adalah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin seperti gaji,dan dipertanggungjawabkan dengan SPJ (surat pertanggungjawaban) yang disertai dengan bukti-bukti pembayaran yang sah.
2.Dana pembangunan adalah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang juga dipertanggungjawabkan dengan SPJ (surat pertanggungjawaban).
3.Dana bantuan masyarakat ,adalah dana yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan .Dan dipertanggungjawabkan dalam laporan yang disertai bukti-bukti pembayaran yang sah pada wakil-wakil masyarakat.
Tiga macam perencanaan biaya pendidikan adalah:
1.perencanaan tradisional
2.SP4 (Sistem perencanaan penyusunan program dan penganggaran), alokasi dana diatur atas dasar realita.
3.ZBB (Zero Base Badgeting) hanya direncanakan 1 tahun anggaran dan tiap-tiap kegiatan ditentukan biaya minimumnya.

6.Efisiensi dan efektifitas dana pendidikan.
Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah dana yang harganya sesuai atau lebih kecil dari pada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan .
Pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi karena:
1.Dana pendidikan sangat terbatas
2.Departemen pendidikan seringkali mengalami kebocoran dana.
Faktor – faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah:
1.Penggunaan uang
2.Proses kegiatan
3.Hasil kegiatan
Sedangkan yang dimaksud dengan menggunakan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana tersebut pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.
Efektifitas pendanaan juga untuk memilih alternatif pemrosesan yang terbaik:
1.Untuk alternatif-alternatif yang belum diujicoba atau dengan asumsi sama-sama efektif, maka alternatif yang dipilih adalah yang memakai biaya paling kecil.
2.Untuk alternatif-alternatif yang sudah diujicoba , sehingga diketahui efektifitasnya masing-masing maka alternatif yang dipilih adalah yang memiliki angka hasil bagi biaya oleh efektifitasnya paling kecil.





ANALISIS I

SECARA MAKRO
Alasan pemerintah Indonesia menetapkan pembangunan ekonomi pada pembangunan jangka panjang tahun pertama dan kedua adalah karena :
1.Ekonomi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
2.Agar tidak kalah bersaing dalam era globalisasi saat ini.
Akibatnya :
1.Muncul berbagai usaha baru, pabrik-pabrik baru ,badan-badan perdagangan baru dan badan-badan jasa yang baru.
2.Jumlah konglomerat bertambah banyak.
3.Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi dan penghasilan negara bertambah.
Dalam bidang pendidikan berakibat:
1.Banyak orang kaya secara sukarela mau menjadi bapak angkat agar anak-anak tidak mampu bisa bersekolah.
2.Terlaksananya sistem ganda dalam pendidikan yaitu kerjasama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa dalam rangka mengembangkan ketrampilan para siswa.
3.Munculnya sejumlah sekolah unggul yang didirikan oleh orang-orang kaya atau konglomerat atau kumpulan dari mereka yang bertebaran seluruh indonesia.Sekolah ini lebih unggul dalam sarana dan prasarana pendidikan dan dalam menggaji pendidik-pendidiknya.
Arah sekolah-sekolah unggul seperti menurut Buchori (1996) adalah :
1.Untuk membuat para siswa mencintai prestasi tinggi
2.Mau dan bisa bekerja secara sempurna
3.Memiliki etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah
4.Keseimbangan mengembangkan jasmani dan rohani,keseimbangan penguasaan pengetahuan masa sekarang dan masa lampau.

SECARA MIKRO
1.Ekonomi memegang perananpenting dalam kehidupan seseorang, walaupun orang itu sudah menyadari bahwa kehidupan yang gemerlapan tidak menjamin memberi kebahagiaan.
2.Tingkat kehidupan sekolah atau perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kondisi ekonominya masing-masing sekolah atau perguruan tinggi yang kaya akan leluasa menggaji guru atau dosen ,membeli perlengkapan besar dan sebagainya ,namun sebaliknya sekolah yang miskin sulit bergerak.
3.Banyak sekolahan di indonesia masih lemah ekonominya,walaupun sudah punya gedung,tetapi perlengkapan belajarnya masih minim,kesejahteraan guru belum memadai, sementara orang-orang kaya lebih memilih mendirikan sekolah sendiri (sekolah unggulan) dari pada memberi uang kepada sekolah yang ada dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

ANALISIS II
Masalah pendidikan dan ekonomi tidak dapat dilepaskan, baik secara langsung dan tidak langsung konstribusi pendidikan terhadap ekonomi dan pembangunan harus diakui.Dengan demikian pendidikan tidak selamanya dianggap sebagai ekonomi dan pembiayaan, sudah saatnya pendidikan dianggap sebagai investasi yang secara jangka panjang konstribusinya dapat dirasakan. Jadi kata kuncinya dalam hal ini adalah: ekonomi pendidikan,investasi dalam pendidikan, pembiayaan dalam pendidikan.
Ukuran-ukuran konstribusi pendidikan terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berdasar pada kapasitas produksi tenaga manusia dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan invesment in human capital.Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya.Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat.Teori human capital mengansumsikan bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang berproduktifitas tinggi.Menurut teori ini pertumbuhan dan pembangunan memiliki 2 syarat:
1.pemanfaatan teknologi secara efisien
2.sumberdaya manusia yang memanfaatkan teknologo yang ada, yang mana itu dapat terwujud dari proses pendidikan.
Sementara ini konstribusi pendidikan indonesia belum begitu nyata, hal ini dibuktikan output dari lembaga-lembaga pendidkan di Indonesia tidak semuanya memiliki ketrampilan atau bahkan menerapkan dari disiplin ilmu yang telah ditempuhnya.


















BAB III
KESIMPULAN
1) Pengertian landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang dijadikan pijakan dalam berproduksi dalam praktek pendidikan dan atau studi pendidikan
2) Peran ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan pemegang peran utama. Menurut Prof.DR Pridarta Made, faktor yang paling menentukan dalam pendidikan adalah dedikasi,loyalitas,keahlian dan ketrampilan pengelolaan dan pendidikan tiap lembaga pendidikan.
3) fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan,bukan merupakan modal mengembangkan dan untuk mendapatkan keuntungan.Ekonomi pendidikan fungsinya sama dengan sumber-sumber pendidikan seperti guru ,kurikulum,alat peraga dan sebagainya untuk mensukseskan misi pendidikan yang kesemuanya bermuara pada perkembangan anak didik.
4) Fungsi produksi dalam pendidikan mencakup: Fungsi produksi administrator, Fungsi produksi psikologi, fungsi produksi ekonomi,
5) Sumber-sumber dana;
a.Dari pemerintah dalam bentuk pembangunan ,pertandingan karya ilmiah dan sebagainya.
b.Dari kerjasama dari instansi lain baik dari pemerintah,swasta maupun dunia usaha.
c..Membentuk pajak pendidikan.
d.Usaha-usaha lain misalnya mengadakan pentas seni keliling,mengaktifkan komite sekolah dan sebagainya
6) Efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah dana yang harganya sesuai atau lebih kecil dari pada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan.
















DAFTAR PUSTAKA
Lagulung Hasan, asas-asas pendidikan,pustaka al-husna, jakarta.1987.
.Lembaga penelitian-UNIMA Manado nort Sulawesi
Http://mkpd.wordpress.com/2007/07/07/landasan-kependidikan-stimulus-ilmu pendidikan bercorak indonesia
http://joni palaran.blogspot.com/minggu 2008 november 23
Http://jamalmanis-landasan -ekonomi.blogspot.com
Www.geocities.com/m-win-afgani/arsip/landasan-ekonomi-pendidikan.pdf-similar pages
http://www.scribd.com/doc/8617327/landasan pendidikan